Ketrampilan berbicara bahasa Arab adalah kecekatan dan kecepatan dalam mengutarakan buah pikiran dan perasaan,
serta ketepatan dan kebenaran dalam memilih kosakata dan kalimat dengan bahasa Arab
secara lisan.[1]
Pada haikatnya ketrampilan berbicara merupakan kemahiran menggunakan bahasa rumit. Dalam hal ini,
kemahiran dikaitkan dengan pengutaraan buah pikiran dan perasaan dengan
kata-kata dan kalimat yang benar dan tepat. Jadi ketrampilan ada kaitanya
dengan masalah buah pikiran atau pemikiran tentang apa yang harus dikatakan.
Selain itu kemahiran juga berkaitan dengan sikap kemampuan mengatakan apa yang
telah dipikirkan dan dirasakan dengan bahasa yang benar dan tepat. Jadi
ketrampilan berkaitan erat dengan kemampuan sistem leksikal, gramatikal,
sematik dan tata bunyi. Semua kemampuan itu memerlukan persediaan kata dan
kalimat tertentu yang cocok dengan situasi yang dikehendaki yang didalamnya
dibutuhkan banyak latihan lisan.
Target yang harus dicapai dari ketrampilan berbicara ini adalah kemampuan
dan kelancaran berbahasa lisan atau berbicara atau berkomunikasi langsung
sebagai fungsi utama bahasa.[2]
jika tarjet tersebut diatas telah tercapai maka dapat dikatakan telah berhasil.
Seseorang dapat dikatakan trampil dalam bahasa asing, apabila dia dapat
berbicara, membaca dan menulis sesuai dengan kaidah-kaidanya dengan tepat dan
benar, termasuk penguasaan mufrodat menurut keperluan dan tujuan mempelajari Bahasa
Arab.[3]
1)
Tehnik ketrampilan berbicara Bahasa Arab.
Kegiatan berbicara di dalam kelas mempunyai aspek komunikasi dua arah
yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan
demikian, latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh:
a) Kemampuan mendengarkan.
b) Kemampuan mengucapkan.
c) Penguasaa (relatif) kosakata dan ungkapan yang memungkinkan siswa dapat
mengkomunikasikan maksud/fikirannya.[4]
Oleh karna itu dapat dikatakan bahwa latihan berbicara merupakan
kelanjutan dari latihan menyimak yang didalamnya terdapat latihan pengucapan.
Untuk mencapai kemahiran berbicara Bahasa Arab, maka seorang pengajar
harus sering memberikan latihan pengucapan bunyi bahasa. Adapun tehnik
pengajaran latihan pengucapan yang dapat ditempuh antara lain :
a) Sound-bracketing drill yaitu : latihan bunyi-bunyi huruf yang
baru dan asing dengan cara mengucapkan dari satu fonem ke fonem lainnya sesuai
dengan makharojnya.
b) Minimal-pairs drill yaitu : latihan ini agar pelajar mampu membedakan
satu fonem dengan fonem lainnya melalui pasangan kata yang hampir sama yang
sebenarnya berbeda. Misal: antara fonem Arab “sa dan sha”.
c) Oral Reading, latihan ini sangat baik untuk teknik pengucapan, karena tidak hanya
fonem terpisah yang dilatih tetapi terkait juga dengan kata dan kalimat, serta
alunan suara (intonasi)
d) Listen and Repeat drill adalah latihan yang terdiri dari kegiatan
mendengarkan dan menirukan tentang apa yang telah didengar oleh siswa.[5]
Kegiatan berbicara ini sebenarnya merupakan kegiatan yang menarik dan
ramai dalam kelas, akan tetapi seringkali terjadi sebaliknya. Kegiatan
berbicara menjadi tidak menarik dan tidak merangsang partisipasi siswa, Hal itu
terjadi karena penguasaan kosakata dan pola kalimat yang dikuasai siswa
terbatas, serta kurangnya latihan lisan yang intensif. Namun demikian, kunci
keberhasilan tergantung pada guru. Apabila guru dapat memilih topik pembicaraan
yang tepat dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa serta memiliki kreatifitas
dalam mengembangkan model-model pengajaran berbicara yang bervareasi maka
suasana kelas akan kondusif dan aktif.
2) Tahap-tahap Latihan Berbicara.
Pada tahap-tahap permulaan, latihan berbicara dapat dikatakan serupa
dengan menyimak. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam latihan
menyimak ada tahap mendengarkan dan menirukan. Latihan mendengarkan dan
menirukan ini merupakan gabungan antara latihan dasar untuk ketrampilan
menyimak dan ketrampilan berbicara.
Namun harus disadari bahwa tujuan akhir dari keduanya berbeda. Tujuan
akhir latihan menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak. Sedangkan
tujuan akhir latihan pengucapan adalah kemampuan ekspresi (ta’bir) yaitu
mengemukakan ide/pikiran/pesan kepada orang lain.keduanya merupakan syarat
mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal balik.
Berikut ini diberikan beberapa model latihan berbicara. Urutan nomor
menunjukkan gradasi/tingkat kesukaran walaupun tidak mutlak.
a) Latihan Asosiasi dan Identifikasi
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih
spontanitas siswa dan kecepatannya dalam mengidentifikasikan dan
mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya. Bentuk latihan antara lain :
1) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang ada hubungannya
dengan kata lain.
2) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang tidak ada
hubungannya dengan kata tersebut.
3) Guru menyebut satu kata benda (isim), siswa menyebut kata sifat yang
sesuai
4) Guru menyebutkan kata kerja (fi’il), siswa menyebut pelaku (fa’il)nya yang
cocok.
5) Guru menyebut satu kata kerja
(fi’il) siswa pertama menyebutkan (fa’il)nya yang cocok, siswa yang kedua
melengkapinya dengan sebuah frasa, dan siswa yang ketiga mengucapkan kalimat
yang disusun bersama-sama secara lengkap.
(a) Latihan Pola Kalimat
(b) Latihan Percakapan
(c) Bercerita
(d) Diskusi
(e) Wawancara.
(f) Drama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar