Blogger news

Minggu, 02 Maret 2014

BAHASA DAN KECERDASAN


Sisi lain yang urgent mengenai karakteristik bahasa dari segi akal adalah relasi bahasa dengan akal. Berfikir merupakan aktivitas otak dan pikiran diungkapkan dengan menggunakan bahasa. Sedangkan bahasa merupakan indikator perangai sesorang. Sehingga kecerdasan seseorang dapat diukur dari bahasanya, secara bahasa sangat sesuai dengan pikiran seseorang.
Kecerdasan merupakan faktor/potensi umum yang harus ada, agar seseorang dapat memanaj (mengatur) pikiran-pikirannya, serta mengungkapkan apa yang terbersit dalam benaknya. Sehubungan dengan kecerdasan umum itu, ada potensi-potensi spesifik, seperti potensi saintifik dan potensi lingual.
Potensi lingual, dalam kapasitasnya sebagai dasar dari aktifitas lingual seseorang, terbagi menjadi dua faktor/potensi, yakni :
1.  Faktor/potensi verbal (verbal factor) yakni sesuatu yang terkait dengan proses-proses mekanis seperti, tahaji, imla’ dan membaca.
2.  Faktor/potensi kesusastraan (literary ability) yakni potensi-potensi yang terkait dengan proses-proses intelektual, seperti mengarang, memahami bacaan dan yang terdengar.
Yang jelas, bahasa memiliki dua indikasi, yakni:
1.      Indikasi pemahaman, indikasi ini khusus pada bahasa yang didengar atau yang terbaca.
2.      Indikasi pengungkapan pikiran (baik lisan maupun tulisan), indikasi ini khusus pada bahasa yang terucap atau yang tertulis.
Pada dua indikasi tersebut kita dapat membedakan dua jenis bahasa, yaitu:
1.      Makna kata
2.      Makna kalimat
Sedangkan hubungan antara bahasa dan kecerdasan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
a.   Hubungan positif/konstruktif/aktif antara memori kata-kata seseorang dengan rasio kecerdasannya. Orang yang berfikir secara mendalam dan variatif dipaksa untuk bereksplorasi secara radikal tentang fakta-fakta/data-data dan pengetahuan. Sebagai hasilnya, mereka mendapatkan segudang pemikiran besar, pemikiran-pemikiran ini mendorong terciptanya kata-kata dan istilah-istilah yang bisa untuk mengungkapkannya.
b.   Hubungan antara kecerdasan dan kosakata, merupakan hubungan yang terus-menerus. Semakin bertambah potensi seseorang dalam memahami kalimat-kalimat yang terbaca, semakin jelas pula hubungan antar makna-maknanya, begitu pula sebaliknya. Semakin sedikit rasio kecerdasan seseorang, maka semakin melemah pula tingkat pemahamannya terhadap hubungan-hubungan yang terkandung dalam kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang terdengar dan terbaca. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan pemahaman lingual terkait pada batas maksimum perkembangan kecerdasan. (tingkat perkembangan pemahaman lingual berbanding lurus dengan tingkat perkembangan kecerdasan)
Sumber: Ilmu Al-Lughah Al-Nafsy, Abdul Majid Sayyid Ahmad Manshur, Jami'at al-Mulk Su'ud, Riyadh, 1982.

Tidak ada komentar: