Sisi lain yang urgent
mengenai karakteristik bahasa dari segi akal adalah relasi bahasa dengan akal. Berfikir
merupakan aktivitas otak dan pikiran diungkapkan dengan menggunakan bahasa.
Sedangkan bahasa merupakan indikator perangai sesorang. Sehingga kecerdasan
seseorang dapat diukur dari bahasanya, secara bahasa sangat sesuai dengan
pikiran seseorang.
Kecerdasan merupakan
faktor/potensi umum yang harus ada, agar seseorang dapat memanaj (mengatur)
pikiran-pikirannya, serta mengungkapkan apa yang terbersit dalam benaknya.
Sehubungan dengan kecerdasan umum itu, ada potensi-potensi spesifik, seperti
potensi saintifik dan potensi lingual.
Potensi lingual, dalam
kapasitasnya sebagai dasar dari aktifitas lingual seseorang, terbagi menjadi
dua faktor/potensi, yakni :
1. Faktor/potensi
verbal (verbal factor) yakni sesuatu
yang terkait dengan proses-proses mekanis seperti, tahaji, imla’ dan membaca.
2. Faktor/potensi
kesusastraan (literary ability) yakni
potensi-potensi yang terkait dengan proses-proses intelektual, seperti
mengarang, memahami bacaan dan yang terdengar.
Yang jelas, bahasa
memiliki dua indikasi, yakni:
1.
Indikasi
pemahaman, indikasi ini khusus pada bahasa yang didengar atau yang terbaca.
2.
Indikasi
pengungkapan pikiran (baik lisan maupun tulisan), indikasi ini khusus pada
bahasa yang terucap atau yang tertulis.
Pada dua indikasi tersebut
kita dapat membedakan dua jenis bahasa, yaitu:
1.
Makna kata
2.
Makna kalimat
Sedangkan hubungan
antara bahasa dan kecerdasan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
a. Hubungan
positif/konstruktif/aktif antara memori kata-kata seseorang dengan rasio
kecerdasannya. Orang yang berfikir secara mendalam dan variatif dipaksa untuk
bereksplorasi secara radikal tentang fakta-fakta/data-data dan pengetahuan.
Sebagai hasilnya, mereka mendapatkan segudang pemikiran besar,
pemikiran-pemikiran ini mendorong terciptanya kata-kata dan istilah-istilah
yang bisa untuk mengungkapkannya.
b. Hubungan antara
kecerdasan dan kosakata, merupakan hubungan yang terus-menerus. Semakin
bertambah potensi seseorang dalam memahami kalimat-kalimat yang terbaca,
semakin jelas pula hubungan antar makna-maknanya, begitu pula sebaliknya.
Semakin sedikit rasio kecerdasan seseorang, maka semakin melemah pula tingkat
pemahamannya terhadap hubungan-hubungan yang terkandung dalam kalimat-kalimat
dan ungkapan-ungkapan yang terdengar dan terbaca. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan
bahwa perkembangan pemahaman lingual terkait pada batas maksimum perkembangan
kecerdasan. (tingkat perkembangan pemahaman
lingual berbanding lurus dengan tingkat perkembangan kecerdasan)
Sumber:
Ilmu Al-Lughah Al-Nafsy, Abdul Majid Sayyid Ahmad Manshur, Jami'at
al-Mulk Su'ud, Riyadh, 1982.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar