A. Penegertian Metode Eklektik
Metode Elektic
dapat diartikan metode campuran,
kombinasi atau gado-gado dalam bahasa Indonesia (metode-metode pilihan).
Teknik Metode Eklektik dapat dilakukan dengan cara
menyajikan bahan pelajaran asing didepan
kelas dengan melalui bermacam-macam kombinasi beberapa metode, misalnya; metode
Direct dan metode Grammar-Translation bahkan dengan metode reading
sekaligus sekaligus dipakai/ diterapkan dalam suatu kondisi mengajar.
Oleh karena itu metode ini merupakan campuran dari
unsur-unsur yang terdapat dalam metode Direct dan metode Grammar-Translation, proses
pengajaran lebih banyak ditekankan pada kemahiran bercakap-cakap, menulis
membaca dan memahami pengertian-pengertian tertentu. Melalui metode ini siswa
dapat diberi latihan misalnya: latihan bercakap-cakap dalam bahasa asing yang
dapat dilakukan dengan individu atau perkelompok diantara siswa atau guru
dengan siswa. Tema percakapan tersebut tidak ditentukan secara ketat, siswa
bebas bercakap-cakap dalam bahasa asing, sesuai dengan perbendaharaan kata-
kata yang mereka kuasai.
Dalam prakteknya metode Eklektik ini dapat
diterapkan dalam situasi pengajaran didepan kelas, dengan persiapan yang baik
dan dan kesungguhan dalam memperaktikkan metode ini. [1]
Acep Hermawan mengatakan bahwa kegiatan belajar
mengajar akan menjadi sangat variatif dan tidak terfokus pada satu kegiatan
dalam metode ini diharapkan akan membuat kegiatan ini memacu motivasi para
pelajar dalam belajar bahasa arab.[2]
B. Sejarah Lahirnya Metode Eklektik
Metode eklektik ini lahir berawal dari ketidakpuasan terhadap metode lain atau metode sebelumnya,
tapi pada waktu yang sama metode
itu terjebak dalam kelemahan yang dahulu menjadi penyebab lahirnya metode yang
dikritiknya. Metode-metode datang silih
berganti dengan kekuatan dan kelemahan yang silih berganti pula.
Pada sisi lain
pengajaran bahasa asing pasti menghadapi kondisi objektif yang berbeda-beda
antara satu negri dengan negri yang lain, antara satu lembaga dengan lembaga
yang lain, antara satu kurun waktu dengan kurun waktu yang lain, kondisi
objektif itu meliputi tujuan pengajaran, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan
sarana prasarana dan lain sebagainya.
Berdasarkan
kenyataan diatas, muncullah metode eklektik, yang mengandung arti pemilihan dan
penggabungan. Di dalam bahasa arab metode ini disebut dengan beberapa metode الطريقة
المختارة, الطريقة التوفيقية, الطريقة المزدوجة
الطريقةالانتقائية
, dan
sebagainya.[3]
Munculnya
metode Eklektik ini merupakan kreativitas para pengajar bahasa asing untuk
untuk mengefektifkan proses belajar mengajar bahasa asing. Metode ini juga
memberi kebebasan kepada mereka untuk menciptakan variasi metode.[4]
C.
Konsep Dasar Metode Eklektik
Datangnya metode eklektik ini sebagai respon atas ketiga metode-metode
sebelumnya. Dan konsep dasar metode ini adalah:
1. Setiap metode mempunyai kelebihan dalam pengajaran yang dimanfa’atkan dalam
pengajaran bahasa asing.
2. Tidak ada metode yang sempurna atau tidak ada metode yang salah,
tetapi semuanya mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Dari metode
tersebut, Kelebihan itu bisa dimanfaatkan untuk mengefektifkan pengajaran.
3. Setiap metode memiliki latar belakang, karakteristik, dasar fikirandan
peruntukan yang berbeda, bahkan bisa menjadi suatu metode yang munculkarena
menolak metode sebelumnya. Jika metode-metode terebut digabungkan maka akan
menjadi sebuah kolaborasi yang saling menyempurnakan.
4. Tidak ada suatu metode yang sesuai dengan semua tujuan, semua murid, semua
guru dan semua program pengajaran bahasa asing.
5. Yang terpenting dalam pengajaran adalah memberi perhatian kepada para
pelajar dan kebutuhanya, bukan memenuhi suatu metode.
6. Setiap guru mempunyai kebebasan untuk menggunakan langkah-langkah atau
rteknik-teknik dalam menggunakan metode pengajaran yang sesuai engan kebutuhan
para pelajarnya dan sesuai dengan kemampuanya.[5]
D. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Eklektik
Langkah yang bisa digunakan untuk menggunakan metode ini fleksibel.
Misalnya langkah yang ditempuh adalah:
1. Pendahuluan, sebagaimana metode-metode lain.
2. Memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rilek, dengan tema
kegiatan sehari-hari secara berulang-ulang. Materi ini mula-mula disajikan
secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi-dramatisasi
atau gambar-gambar.
3. Para pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu
menirukan diaog-dialog yang disajikan sampai lancar.
4. Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-teman
secara bergiliran.
5. Setelah lancar menerapkan dialog-dialog yang telah dipelajari, maka diberi
teks bacaan yang temanya berkaitan dengan dialog-dialog tadi. Selanjutnya guru
memberi contoh cara membaca yang baik dan benar, diikuti oleh para pelajar
secara berulang-ulang.
6. Jika terdapat kosa kata yang sulit, guru memakainya, mula-mula dengan
isyarat, atau gerakan, atau gambar, atau lainya. Jika tidak mungkin dengan inii
semua, guru menerjemahkan kedalam bahas populer.
7. Guru mengenalkan beberapa struktur yang penting dalam teks bacaan, lalu
membahas secukupnya.
8. Guru menyuruh para pelajar menelaah
bacaan. Lalu mendiskusikan isinya.
9. Sebagai penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa
pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan yang telah dibahas. Pelaksanaan bisa
saja individual atau kelompok, sesuai dengan situasi dan kondisi. Jika
memungkinkan karena waktu maka misalnya, guru dapat menyajikanya berupa tugas
yang harus dikerjakan di rumah masing-massing.[6]
E.
Kelebihan dan Kekurangan Metode eklektik
a.
Kelebihan metode
eklektik
Ø
Metode
ini kegiatanya lebih bervariasi
Ø
Kemampuan
para siswa dianggap lebih merata
b.
Kekurangan
metode eklektik
Ø
Alokasi
waktu, kesediaan guru dan siswa hendaknya terencana dengan baik
Ø
Belum
tentu semua guru menggunakan metode ini. Sebab penggunaan metode ini menuntut
guru yang energy dan serba bisa. Demikian pula dipihak siswa, kegiatan selalu
bervariasi dapat menimbulkan kebosanan tersendiri bagi mereka
Ø
<.span>Butuh
waktu yang lama dibandingkan dengan menggunakan metode lain. Padahal waktu
untuk materi pelajaran bahasa Arab relative sangat terbatas, terkecuali
sekolah-sekolah tertentu.[7]
[2]
Acep Hermawan, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011), H: 198
[4]
Acep Hermawan, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011), H: 196
[5] Muhammad ‘Ali Al-Khouli, Asalibu Tadrisi
Al-Lughotil ‘Arobiyyah, (Riyadl, Darul Ulum, 1989), H: 25-26
[6]
Acep Hermawan, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011), H: 198-199
[7] Wa
Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta, Teras, 2011), H:
100
Tidak ada komentar:
Posting Komentar